Tentang Unitlink

Tolong donk nulis plus minus investasi di Unit link Vs Reksadana

Ida Bgs Budi

Kalau buat saya sih, lebih efisien untuk membeli asuransi sendiri dan investasi sendiri (baik itu reksadana ataupun yan lain) daripada membeli unit link (gabungan asuransi + reksadana).

Pertama: TRANSPARANSI. Dalam unit link, pengelolaan bagian investasinya kurang transparan. Kalau Anda pisah, paling nggak Anda tahu dengan cukup pasti ke mana dana Anda diinvestasikan, berapa return yang di dapat, dsb. Anda juga tahu pasti berapa besar premium asuransi yang perlu dibayar.

Kedua: KEBEBASAN. Uang yang diperuntukkan buat investasi akan stuck di perusahaan asuransi. Buat saya, insurance companies are not the best fund managers or fund middlement around. Kalau di pisah, paling tidak Anda bisa lebih fleksibel untuk mengalihkan dana investasi Anda, kalau perlu.

Ketiga: COST. Isu ini sebenarnya cuma berdasarkan logika saja, tidak pernah betul-betul membandingkan. Sebagai middleman, pengelola unit link merupakan tambahan lapisan birokrasi. Mungkin dana yang mereka terima sebenarnya akan dilimpahkan ke pihak ke-tiga. Disinilah tambahan biaya muncul.

Kalau mau, silakan bereksperimen dengan teman Anda. Jika teman Anda membeli unit link (Asuransi Jiwa + Investasi), maka Anda belilah asuransi jiwa dengan coverage yang sama tanpa bagian investasinya. Setiap teman Anda membayar premium (Asuransi + Investasi), bayarkan juga premium (Asuransi) Anda. Perbedaan premium (“Asuransi + Investasi” – “Asuransi”) Anda masukan ke deposito, atau kalau mau yang lebih beresiko, belilah beberapa saham unggulan. Biarkan saja saham atau deposito yang Anda beli. Lakukan proses ini sampai semua premium terbayar. Di akhir masa itu, coba Anda bandingkan mana yang lebih besar total nilai akhirnya (dengan asumsi keluarga Anda dan teman Anda tidak memerlukan santunan asuransi jiwa).

Meskipun demikian, unitlink terlihat menarik karena selain dapat coverage asuransi, juga ada kemungkinan return dari investasi. Selain itu, kita tidak perlu pusing memikirkan dana mesti diparkir di mana. Tapi… Jangan terlalu berharap return dari investasi di unit link akan signifikan.

Ada masukan lain? Mungkin Anda pernah menjadi pembeli unitlink?

Sepertinya pertanyaan ini pernah dibahas di suatu blog Indonesia, lupa blog siapa (waktu itu nyasar).

Pos ini dipublikasikan di PERSONAL FINANCE. Tandai permalink.

48 Balasan ke Tentang Unitlink

  1. Poltak Hotradero berkata:

    Beberapa tahun yang lalu di dua milis saya pernah membahas tentang asuransi vs. investasi — digabung atau dipisah. Pendapat saya mirip dengan pendapat anda. Hasilnya? Saya dapat beberapa ‘musuh’ baru.

    Mungkin ini masalah khas di Indonesia, yaitu perusahaan asuransi sangat tergantung pada network para agent dan mereka (para agent) sedemikian ‘militan’ terhadap marketing, sehingga ketika produk mereka ‘diserang’, bereaksilah mereka dengan keras.

    Di sisi lain, reksadana karena dipasarkan tanpa melalui agent – tidak ada yang ‘membela’… Pemasaran produk investasi di Indonesia memang masih perlu jalan panjang (dan kadang harus berputar).

  2. edratna berkata:

    Bahar,
    Berarti saya tak perlu beli unitlink ya…karena memang saya beli asuransi hanya untuk mobil dan rumah. Saya males beli asuransi jiwa (hanya kalau ambil kredit terpaksa beli asuransi jiwa, supaya anak-anakku tak menanggung risiko…dan asuransi yang menjadi satu dengan kartu kredit, jika sewaktu-waktu ada musibah tak merepotkan yang ditinggal).

    Mengapa? Saya punya trauma, ibu dan tanteku beli asuransi, yang pencairannya dipersulit…lha lebih baik simpan aja di Deposito, tinggal kalau ada apa-apa, bisa diambil, tak repot-repot.

    Mengenai saham, adanya internet mempermudah kita mengetahui pergerakan saham, dan jika ada apa-apa, contact person di bank menelepon (biasanya kita udah pesan dan hubungan dekat), apakah kita mau beli atau mau jual. Jadi, sebenarnya kalau ada rejeki, lebih aman simpan di beberapa saham, tapi uang harus dipisahkan dari keuangan keluarga (mirip kalau kita mau berwirausaha, jangan dicampur dengan keuangan keluarga, agar tak timbul masalah di kemudian hari).

    • nika berkata:

      Kalo kita beli asuransi tradisional (bukan unit link) :
      1. asuransi harus dibayar terus selama kita masi memerlukan asuransi tersebut…. kayak asuransi mobil gitu… kalo umur kita 30-50 sich fine fine aja bayar asuransi tapi kalo uda tua rasa rasanya cape juga sich…
      2. karena digabungkan antara investasi dan insurance jadi : 1.unit link bole cuti premi setelah taun ke 3 (kalo dana mencukupi) tapi kalo asuransi tradisional ya kalo ga bayar ga ada asuransi
      3. banyak yang bilang wah tapi kalo dananya cukup… bener bener…tapi unit link itu sebenernya kan ga bisa di lihat dari harga sekarang … jadi kalo harga turun sekarang sich oce oce aja karena kita bisa beli unit lebi banyakk… dengan asumsi grafik pengembangan dana yang naik turun naik turun tapi membentuk kurva ke atas menurut saya sich kemungkinannya pada tahun ke 10 investasi baik dan dapat mencover untuk biaya asuransi selanjutnya(ga usa bayar lagi)
      3. bener sich ga ada yang menjamin dari sisi investasi…tapi teman emang ada ya tempat investasi yang menjamin 100%…
      4. iya bener kalo beli sendiri maen sendiri saham lebi transparan tapi berapa banyak macam saham yg bisa kita maenin langsung? kalo kita taro di unit link manager investasi membeli banyak macam saham bluechip jadi kalo ada yg turun yaaa ada yg naek juga…
      5. kalo dari segi biaya lebih besar? tentu… karena sesuatu yang lebi nyaman ada harganya … but as long as itu oce… rasanya sich ..saya termasuk yg seneng dengan adanya product unit link
      6. kalo klaim susah…. ga sich sekarang kan pake hospital card jadi ga pake kwitansi kwitansian gitu di hospital ya langsung dipotong aja jadi misalnya abis 10jt kalo emang yg kita beli 8 jt ya tinggal bayar 2 jt aja….
      ach cuma sharing aja loh… sory kalo ada yg kurang ya…

    • FIrdausy efendi berkata:

      bu edratna sepertinya sudah berpengalaman bu..

      saya seorang karyawan usia 20 thn..sya ingin mengelola gaji yang saya dapat agar tidak salah jalan dalam penggunannya ..mohon penjelasannya bu.bagaimana saya harus mengatur pengeluaran saya,dan menginvestasikan sebagiannya untuk masa depan..terimakasih..

  3. Doddi Priyambodo berkata:

    Komentar yang bagus Bu Edratna. Pemisahan anggaran keuangan itu sangat penting, jangan sampai diaduk-aduk.
    Btw, I prefer asuransi jiwa dan reksadana terpisah. Dibanding penggabungan dengan unit link. And I have done that by the way. I feel secure secara lahir dan bathin.

  4. anymatters berkata:

    bukannya sebaliknya, investasi yg ada di asuransi itu lebih fleksible dan terjamin prospektif dibandingkan investasi individu yg terpisah di suatu reksadana.

    1, akses ke pasar dan profesionalisme yg dimiliki perusahaan investasi lebih besar & tinggi dari individu.

    2, perusahaan asuransi bisa men-shift ke investasi atau reksa dana prospektif lebih cepat dan efektif dibanding kita sendiri krn info pasar yg kita miliki lbh sedikit dan cenderung tdk tahu reksa dana mana yg bagus.

    3, dlm konteks bisnis dan pasar, perushn asuransi A bisa berinvestasi di perushn mnjmn investasi A, B, C dalam skala grosir sec efisien, atau mungkin di perush asuransi lain.

    4, individu cuma bisa ber-deal dgn satu jenis reksa dana dan membutuhkan waktu untuk shift ke reksa dana lain jika reksa dana yg sedang dipegang tidak prospektif; individu juga memiliki keterbatasan analisis dlm memilih.

    5, perush asuransi krn kapasitasnya selalu memiliki keunggulan absolut dlm berinvestasi dibandingkan individu.

  5. ihedge berkata:

    @Priyadi: Betul, ternyata blog-nya mas Priyadi. Dulu pernah lihat di situ.

    @Bung Poltak: Yah. When it touches on their rice bowl, sure they will rightfully fight back. Semoga saja hanya menjadi “musuh” dalam hal yang diperdebatkan.

    @Bu Edratna: kalau menurut saya sih, selama memang keluarga yang akan ditinggalkan tidak memerlukan dana jika kita pergi, buat apa lagi asuransi jiwa. Tergantung sikon masing-masing.

    @anymatters: beberapa poin bagus di situ. Thanks udah sharing.

    “investasi yg ada di asuransi itu lebih fleksible dan terjamin prospektif dibandingkan investasi individu yg terpisah di suatu reksadana.”

    1. Setuju, bila individu yang dimaksud memiliki dana yang kurang besar dan memang tidak berniat untuk belajar mengakses pasar. Jaman sekarang, di mana retail broking sudah menjamur dan lot size diperkecil, sebenarnya akses ke pasar bagi investor kecil juga besar. Mengenai profesionalisme: ini kembali ke individu masing-masing. Performance sebagian besar manajer investasi (mungkin 50%) tidak lebih baik daripada seseorang yang membeli suatu aset dan ditinggalkannya begitu saja. Makanya index investing menarik bagi mereka yang tidak percaya bisa menghasilkan lebih baik daripada yang diberi pasar secara konsisten dalam kurun waktu yang lama. Buat sebagian yang lain, tentu mereka percaya.

    2. Kalau ini saya nggak yakin. Perusahaan asuransi biasanya tipe long term investor dan tidak terlalu peduli dengan fluktuasi pasar. Mungkin, perusahaan asuransi akan tahu perusahaan investasi mana yang lebih baik. Tapi itu bukan berarti mereka punya insentif yang kuat untuk menaruh dana ke reksadana yang paling prospetif. Hal ini terjadi karena struktur fee-nya tidak mendukung. Lain halnya dengan hedge fund ataupun fund of fund, di mana bagi mereka, fee yang di dapat berbanding searah dengan return yang didapat investor. Selain itu, ada kemungkinan perusahaan asuransi menaruh dana ke reksadana yang affiliated. Mungkin karena faktor fee sharing dsb.

    3. Setuju. Dengan dana yang besar, “ada ruang” bagi perusahaan asuransi untuk negosiasi. Semoga saja ruang itu dimanfaatkan dan ditransfer ke nasabah.

    4. Kembali lagi ke reply di poin 1. Btw, aset yang bisa kita beli bukan cuma reksadana. Bisa juga diinvestasikan ke aset yang lain. Inilah, menurut saya, esensi dari fleksibel.

    5. “perush asuransi krn kapasitasnya selalu memiliki keunggulan absolut dlm berinvestasi dibandingkan individu”. Tidak setuju. Dalam industri ini, ada istilah “capacity constraint” di mana suatu jenis opportunities akan cepat menguap ketika dana yang mainkan menjadi begitu besar. Makanya, kalau kita lihat, banyak top performing fund yang sebenarnya asset under manajemennya relatif kecil. Selain itu, bukan hal yang aneh bagi suatu fund bagus untuk menutup pintu masuknya dana baru. Contohnya Medallion Fund dari Renaissance Technologies.

  6. Priyadi berkata:

    @anymatters:

    itu mungkin berlaku buat asuransi whole life atau endowment. tapi gak berlaku di unit link karena di unit link keputusan alokasi investasi dilakukan oleh nasabah, bukan oleh perusahaan asuransi. rasanya mereka gak boleh begitu saja mengalihkan alokasi investasi ke fund manager lain misalnya, apalagi tanpa bilang2 dulu ke nasabah.

    selain itu trennya sekarang perusahaan asuransi bikin fund manager sendiri untuk menekan pengeluaran mereka, sudah sedikit yang outsource ke fund manager pihak ketiga.

    walaupun asuransi bisa dapat harga grosir ke fund manager, kenyataannya harga ini gak sampai ke nasabah. dari beberapa unit link saya perhatikan biaya mereka justru lebih tinggi daripada reksadana murni. ini belum ditambah ada banyak overhead lain di unit link yang akan memberatkan nasabah. misalnya ongkos distribusi yang nilainya bisa sampai 2x lipat biaya asuransi tahunan!

  7. anymatters berkata:

    ihedge & priyadi, thanks atas penjelasan yg super lengkap dlm diskusi ini yg memberikan masukan yg berguna.

    1. saya mengambil kesimpulan bahwa retail reksa dana ternyata lebih menarik ketimbang mempercayakan investasi di perusahaan asuransi dlm konteks unit link.

    2. spt yg diungkapkan ihedge bhw tidak ada jaminan dari investasi yg dimainkan perush asuransi via partner mnjmn investasinya memiliki return yg lebih tinggi dibandingkan individu yg menginvestasikan reksa dana pilihan sendiri.

    3. dan spt yg diungkapkan priyadi bhw perush asuransi tdk pernah meneruskan harga grosir (manajemen fee rebate) ke nasabah, jadi tidak ada bedanya dgn nasabah yg berinvestasi ke reksa dana retail. dan ternyata, dlm unit link keputusan investasi ada di tangan nasabah.

    tapi bagaimana dengan situasi keuangan nasabah, harga retail dan konstruksi portfolio?

    1. dua anak muda: A punya income 6jt per bulan & tabungan cuma 4jt. Sementara, B punya income 6jt per bulan dan harta bersih 40jt (kado lulus kuliah dr ortu).

    2. dua2nya ingin punya asuransi dan portolio agresif (20% fixed income, 80% saham).

    3. premi dan kontribusi unit link per bulan 1,5 jt/bulan, premi asuransi saja 1jt dan ongkos reksa dana min 1jt.

    4. si A jelas cuma bisa puas dgn unit link bertipe agresif krn modalnya blm cukup utk membangun portfolio sendiri dr reksa dana fixed income dan saham yg terpisah. (kecuali kalo ada platform bebas yg bisa menstrip reksa dana jadi cicilan bulanan yg kecil2)

    5. sementara B bisa membeli asuransi dan membangun portfolio sendiri dr reksa dana fixed income dan saham dr 40jt-nya. dan, tabungan tahunan yg dimiliki dr sisa krn tidak join unit link.

  8. anymatters berkata:

    sorry baru dikonfirm ternyata:

    3. premi dan kontribusi unit link paling cocok untuk contoh 200rb per bulan dan premi asuransi saja bisa 100rb per bulan.

    4. si A sangat jelas cuma bisa puas dr kebutuhan asuransi dan portfolio agresif via unit link or whatever insurance linked to investment.

  9. Priyadi berkata:

    kecuali kalo ada platform bebas yg bisa menstrip reksa dana jadi cicilan bulanan yg kecil2

    asumsi ini mungkin berlaku beberapa tahun yang lalu waktu setoran reksadana minimum puluhan juta yang tentunya gak terjangkau sebagian besar masyarakat.

    jaman sekarang reksadana retail jauh lebih fleksibel:

    * bisa setor (top up) kapan saja sesuka nasabah
    * pembukaan rekening baru sekecil2nya Rp 100 ribu
    * setoran berikutnya sekecil2nya Rp 100 ribu, dan ini bisa dilakukan kapan aja
    * bisa transfer lewat ATM atau internet banking, bahkan ada yang bisa auto debet

    jadi gak ada alasan lagi untuk ngambil unit link kalau niatnya untuk investasi secara berkala.

    untuk si B di atas lebih baik dia ambil decreasing term life dengan periode 3-5 tahun. dengan income 6 juta/bulan mungkin dia bisa ambil uang pertanggungan awal Rp 400 juta. premi awalnya mungkin maksimum cuma sekitar 1.5 juta/tahun (asumsi usia 30 tahun). jelas masih dalam jangkauan pendapatan dia.

    sisa gajinya bisa dia invest di reksadana campuran yang portfolionya 80% saham dan 20% obligasi. kalau mau dipisahkan juga bisa kok, 80% dia invest ke reksadana saham dan 20% dia invest ke reksadana pendapatan tetap. rasanya masih dalam jangkauan dia.

    jaman sekarang kelebihan unit link itu cuma 1: lebih praktis karena nasabah cuma perlu berurusan dengan 1 pihak. tapi saya pribadi gak melihat harga ekstra sepadan dengan layanan yang diberikan. selain itu unit link gak akan bisa menawarkan fleksibilitas kalau kita ngambil terpisah.

  10. Priyadi berkata:

    sorry, yang di atas maksudnya si A, bukan si B

  11. anymatters berkata:

    mas priyadi, thanks atas koreksinya. aku keliatannya sdh ketinggalan jaman nih. aku kira minimum setoran reksa dana masih 500ribu-1juta.

    kalo begitu, dgn setoran reksa dana rata2 cuma 100ribu, si A MASIH BISALAH membentuk portfolio agresif 20% pendapatan tetap – 80% saham TANPA unit link.

    taruhlah si A invest 1jeti/bulan di 2 produk RD pend tetap dan 2 produk RD saham, jadi komposisi setoran bulanannya: 100ribu RD pend tetap I, 100ribu RD pend tetap II, 400ribu RD saham III dan 400ribu RD saham IV.

    kesimpulannya, bisnis unit link di Indonesia bisa ga berkembang.

    btw oot, aku liat fotonya mas priyadi di flickr rapat pesta blogger.

  12. Wardhana berkata:

    tanya dunks bang bahar,
    kalo unit trust itu apa? apa sama kayak reksadana yah?
    thanks,
    -wardhana-

  13. Priyadi berkata:

    @anymatters

    mas priyadi, thanks atas koreksinya. aku keliatannya sdh ketinggalan jaman nih. aku kira minimum setoran reksa dana masih 500ribu-1juta.

    sebenernya masih ada reksadana yang setoran minimumnya 500 ribu-1 juta. kalau kebeneran reksadana yang dipilih seperti itu, dan gaji yang disisihkan kurang dari itu, masih bisa pake teknik simpan di tabungan 2-3 bulan sebelum disetorkan ke reksadana.

    kesimpulannya, bisnis unit link di Indonesia bisa ga berkembang.

    salah. bisnis unit link justru paling pesat perkembangannya karena produk ini memungkinkan untuk dipasarkan kelewat agresif. alasannya di unit link lebih gampang diselipkan ongkos2 yang nantinya dipakai untuk membayar teknik pemasaran yang kelewat agresif itu. dan biasanya nasabah casual gak akan menyadari ada biaya2 ini. waktu pertama kali ditawarin produk unit link, saya sendiri saja perlu beberapa minggu untuk menyadarinya.

    btw oot, aku liat fotonya mas priyadi di flickr rapat pesta blogger.

    kalo nanti pulang kampung kesini nanti kita ketemu deh 🙂

    @wardhana:

    kalo unit trust itu apa? apa sama kayak reksadana yah?

    unit trust itu istilah untuk reksadana di negara2 eks koloni inggris, misalnya singapura, malaysia dan australia.

  14. ihedge berkata:

    @Priyadi: Thanks buat info & penjelasan tambahannya. biaya dari marketing yang agresif akhirnya akan ditanggung nasabah juga. Btw, baru tahu kalau ada acara pesta blogger se-Indonesia. Mas Priyadi jadi anggota panitianya yah. Semoga acaranya sukses deh.

    @wardhana: saya pernah nulis sedikit tentang unit trust di sini: Hedge funds vs. Mutual Funds vs. Unit Trust.

  15. Wardhana berkata:

    ohh.. makasih2 bang.. 😀

  16. anymatters berkata:

    kalo masih lebih banyak RD yg setorannya 500rb-1jt berarti si A msh sangat membutuhkan unit link sbg pemuas kebutuhan asuransi dan portfolio agresif (asumsi dia ga bisa nabung).

    keliatannya kita perlu buat penyamaan opini bahwa dengan investasi di reksa dana sebaiknya dipisahkan dengan proteksi di asuransi jiwa.

    kalo tertarik, saya barusan posting tentang:
    konstruksi portfolio RD indonesia
    software perhitungan premi asuransi

  17. anymatters berkata:

    kalo setoran RD msh 500rb/1jt, si A msh sangat membutuhkan unit link utk kebutuhan asuransi dan portfolio agresif. (asumsi dia ga jago nabung)

    tapi keliatannya perlu disimpulkan bhw pembelian proteksi asuransi harus dipisahkan dr investasi reksa dana.

    kalo tertarik, saya barusan posting tentang:
    software perhitungan premi asuransi
    konstruksi portfolio RD Indonesia

    cheers

  18. ihedge berkata:

    Angka2 yang muncul di ” konstruksi portfolio RD Indonesia” berdasarkan apa bung Anymatters? Some Markowitz based optimisation?

  19. anymatters berkata:

    thanks bung iHedge. keliatannya Prof Roger Ibbotson dr Morningstar yg mengembangkan model alokasi aset itu msh berkiblat ke teori Markowitz deh.

    angka2 itu saya ambil dr model portfolio-nya Morningstar NZ yg didistribusikan ke fin adviser (maaf hasil risetnya tdk bisa dishare) dan saya modifikasi sendiri sesuai dgn situasi Indonesia. dimana komponen asset class-nya saya rate berdasarkan tingkat return indeks per negara/regional di website MSCI-Barra.

    proporsi asset class antara income-growth menggunakan alokasi aset strategik (blm taktikal), yaitu defensive (90-10), conservative (70-30), balanced (50-50), growth (30-70) dan aggressive (30-70).

    mengenai produk2 apa saja dlm komponen asset class tsb, saya belum bisa recommend. mungkin nanti kalo pulang ke Jkt, bisa buat ide usaha 🙂

    tapi kalo ada waktu, saya mau riset produk2 RD yg di-archive di website Bapepam. kalo ada waktu.

    mungkin Morningstar Singapore sdh watch RD Indonesia dan memiliki konstruksi model portfolio RD di Indonesia. cek aja, alamatnya 80 Raffles Place, Level 35, Unit 35-06, 048624 UOB Plaza 1, Singapore, +65 6530 6402.

  20. Priyadi berkata:

    kalo masih lebih banyak RD yg setorannya 500rb-1jt berarti si A msh sangat membutuhkan unit link sbg pemuas kebutuhan asuransi dan portfolio agresif (asumsi dia ga bisa nabung).

    pengalaman saya, disiplin itu gak bisa dibeli :). kalo pada dasarnya orangnya gak disiplin, pake unit link pun pasti lapse juga :).

    ini mungkin cuma masalah psikologis aja. tapi waktu saya dulu ikut participating endowment (dipasarkan sebagai asuransi pendidikan), saya capek2 nabung di tahun pertama, ternyata nilai investasi saya di bawah yang saya setorkan (karena mungkin dipotong untuk komisi agen). kalo gini mau setor juga males. yang tadinya sudah tidak disiplin, makin tidak disiplin. apalagi jumlah setoran unit link jauh lebih tinggi.

    beda waktu saya invest di reksadana. jumlah unit saya gak pernah disunat. perkembangannya bisa dimonitor setiap hari. saya bisa invest dengan keyakinan tinggi kalau jumlah unit saya gak akan dipotong. memang sih ada faktor resiko, tapi di unit link pun resikonya sama saja. yang tadinya tidak disiplin dengan invest di reksadana justru bisa terpancing untuk jadi disiplin.

    keliatannya kita perlu buat penyamaan opini bahwa dengan investasi di reksa dana sebaiknya dipisahkan dengan proteksi di asuransi jiwa.

    setuju. tinggal bagaimana caranya menyampaikan ini ke masyarakat luas.

  21. wiera berkata:

    Benar, ini menjadi misi kita bersama. Beberapa teman2 dilingkungan kerja saya (jumlahnya cukup banyak juga) telanjur membeli asuransi unit link sebelum mengetahui bahwa ada alternatif lain yang bisa mereka dapatkan untuk berinvestasi dengan hasil yang lebih optimal namun tetap tercover oleh asuransi dengan premi yang lebih rendah, dengan cara memisah keduanya.

    Namun, saya hanya bisa menyampaikan pemisahan antara investasi dan asuransi untuk mendapatkan hasil optimal ke teman2 yang belum ambil unit link. Sementara untuk teman2 yang udah ambil unit link, tidak saya pengaruhi untuk mempertimbangkan kembali keikutsertaannya dalam unit link karena agennya juga teman satu kantor.

    Seperti komentar salah satu rekan diatas, saya gak mau nambah “musuh” baru.

  22. ihedge berkata:

    Hmm… Bagaimana yah caranya menyampaikan ke masyarakat luas. Menulis di blog, hehehe…
    Dengan marketing yang aggresif, seperti yang mas Priyadi bilang, mungkin unitlink bakal lebih populer lagi.

    Yuk kita buat gerakan “BBU: Bebas Buta Uang”. “Improving our financial literacy”. Mungkin salah satu caranya dengan membanding-bandingkan berbagai pilihan investasi yang simpel-simpel seperti unit link.

    Sepertinya banyak pembaca blog ini yang expert di bidang finansial.

  23. Priyadi berkata:

    @ihedge:

    orang2 asuransi lagi bikin “gerakan sadar berasuransi” bulan oktober ini. walaupun menurut saya lebih mirip “gerakan membayar perusahaan asuransi” karena gak kelihatan ada usaha untuk meningkatkan kemelekan finansial masyarakat. yang ada cuma promo produk unit link yang menurut saya justru memanfaatkan ketidakmelekan finansial dari masyarakat 😦

    kalau mau bikin gerakan, mungkin kita bisa tumpangi gerakan ini. cuma saya gak tahu bentuknya seperti apa. rame2 nulis di blog barangkali? rame2 bikin pernyataan sikap? hehehe

  24. anymatters berkata:

    kalo menurut saya, lembaga konsumen dgn biaya entah darimana menyewa konsultan lokal u/ melakukan riset tentang ketidakbagusan unit link.

    caranya mungkin dgn menghitung return setahun RD2 yg bisa kita lihat di bisnis.com, dikurang biaya2 termasuk entry-exit, trail fee, commission, pokoke apa aja deh yg pd akhirnya merugikan pemilik policy. dengan bbrapa skenario setelah insurancenya diklaim.
    plus, riset kualitatif dr korban2 unit link.
    terus, publish di blog & media standard.

    tp ini ada risiko conspiracy antara penyedia unit-linked dan pemerintah yg nantinya dibuat bhw seolah2 bisnis unit-linked memberikan dukungan thd pembangunan ekonomi individu di level menengah.

    ingat, unit link ini dgn mudah merayu kandidat yg punya income regular tp tdk cukup modal u/ memiliki portfolio sklgus asuransi.

  25. Priyadi berkata:

    tp ini ada risiko conspiracy antara penyedia unit-linked dan pemerintah yg nantinya dibuat bhw seolah2 bisnis unit-linked memberikan dukungan thd pembangunan ekonomi individu di level menengah.

    kalau saya takutnya kalau ini dibiarkan merajalela, nantinya unit link akan lobby pemerintah untuk kasih tax break untuk produk unit link dan perlakuan yang sama gak dilakukan untuk produk term atau reksadana.

    akhirnya nanti semuanya terpaksa ikut unit link, suka atau tidak suka.

  26. Milla berkata:

    Wah soal pajak..
    Memang selama ini soal pajak di asuransi sendiri dan investasi sendiri dibandingkan Unitlink..
    bagaimana ya?
    Saya sekarang lg pengin ikut as jiwa sekaligus mau melek investasi dengan ikut reksadana.. tapi bingung ..dipisahin atau ikut unit link

  27. anymatters berkata:

    kalo Milla jago nabung, ikutin caranya mas Priyadi. ambil asuransi jiwa dulu. kalo dana regular blm mencukupi u/ menyetor RD yg diingingkan, displin nabung baru setor. 500rb-1jt sebulan bisalah ditabung. bandwidth bulanan aja mampu dipenuhi, masa RD ga bisa sih 🙂

  28. Milla berkata:

    Iya bener…
    Btw di niaga..dengan MI-nya Fortis..minimum RD itu Rp50 juta..banyak juga yaa..

    Ada info Bank lain?

  29. Milla berkata:

    trus ..
    kalau mau RD..harus lewat selling agent ya?
    krn saya buka website-nya fortis …disana diharuskan kita menghub selling agent di bank-bank.

  30. happy_land berkata:

    coba deh di citi. IDR 50 jt utk minimal balance (any kind product, incl deposito), utk transaksi RDnya bisa mulai IDR 1 jt.

  31. winanto berkata:

    Mas Bahar,
    Kebetulan saya masuk ke blog anda dan saya lihat banyak hal yang bisa saya pelajari karena saya juga tertarik dan mulai belajar mengenai investasi.
    Nimbrung sedikit mengenai UnitLink dan RD,dimana saya beli keduanya.
    Sepanjang pemantauan saya terhadap UnitLink dan RD yang saya punya memang RD memberikan return lebih besar jika dibandingkan UnitLink namun tentunya UnitLink mempunyai nilai tambah bila dibandingkan dengan RD
    1.Pada RD redemption dapat dilakukan sewaktu-waktu yang artinya dana kelolaan MI juga bisa berkurang secara drastis dan bisa berakibat pada penurunan NAB sedangkan pada UnitLink ada lock-period (5-7 tahun) sehingga dana kelolaan pada UnitLink bisa dikatakan tidak berkurang pada periode tersebut bahkan akan bertambah dengan adanya pembelian yang baru.Hal ini membuat MI pada UnitLink punya resistensi lebih baik.
    2.Untuk yang ingin menabung dengan hasil di atas inflasi tentunya membeli UnitLink bisa dijadikan pilihan karena adanya lock-period ikut membantu kita untuk disiplin dalam menabung/investasi.Hasil di atas inflasi mengacu pada data selama tahun 2000 – sekarang terhadap produk UnitLink yang saya beli.
    3.Kebetulan produk unitlink yang saya beli tidak terdapat biaya akuisisi sejak awal pembelian,jadi seluruh dana yang kita setor langsung diinvestasikan pada fund sesuai pilihan nasabah.Tentunya pilihan membeli unitlink juga saya gunakan sebagai diversifikasi atas dana yang saya punya daripada semuanya dibelikan RD.
    By the way, untuk Milla jika ingin beli produk Fortis bisa coba di bank Commonwealth yang minimalnya bisa 5 jt-an saja atau yang retail per 250 ribu di Trimegah juga oke.

  32. ronny berkata:

    Saya salah satu pembeli unit link, masih perlu diberi pencerahan, perusahaan mana saja yang mengambil fee atau memberi return yang tinggi dengan biaya yang ekonomis. Bro perlu dibuat perbandingan. Misalnya Prudential, Manulife, Trimegah atau Fortis atau
    AXA,Thanks ya bung Bahar.

  33. Priyadi berkata:

    @milla:

    trus .. kalau mau RD..harus lewat selling agent ya? krn saya buka website-nya fortis …disana diharuskan kita menghub selling agent di bank-bank.

    jaman sekarang agen RD yang lagi ngetrend adalah bank commonwealth. buka akun tabungan Rp 2 juta. komisi setor reksadana murah, biasanya di bawah rate prospektus. jumlah setoran minimum kecil, sekecil rate yang di prospektus. bisa setor lewat online banking dan juga terhubung ke ATM bersama.

    @winanto:

    Pada RD redemption dapat dilakukan sewaktu-waktu yang artinya dana kelolaan MI juga bisa berkurang secara drastis dan bisa berakibat pada penurunan NAB sedangkan pada UnitLink ada lock-period (5-7 tahun) sehingga dana kelolaan pada UnitLink bisa dikatakan tidak berkurang pada periode tersebut bahkan akan bertambah dengan adanya pembelian yang baru.Hal ini membuat MI pada UnitLink punya resistensi lebih baik.

    ini bisa diatasi dengan ikut reksadana terproteksi. kalau di unit link dana kelolaan memang terproteksi, tapi kalau ada rush terhadap dana2 yang di luar unit link, maka itu juga tetap akan mempengaruhi harga unit link.

    Untuk yang ingin menabung dengan hasil di atas inflasi tentunya membeli UnitLink bisa dijadikan pilihan karena adanya lock-period ikut membantu kita untuk disiplin dalam menabung/investasi.Hasil di atas inflasi mengacu pada data selama tahun 2000 – sekarang terhadap produk UnitLink yang saya beli.

    pengalaman saya disiplin gak bisa dibeli. yang diperlukan untuk mendapatkan disiplin adalah reward. kalau capek2 nabung ternyata uangnya dimakan agennya, ya bukannya jadi disiplin, justru tambah males 🙂

    Kebetulan produk unitlink yang saya beli tidak terdapat biaya akuisisi sejak awal pembelian,jadi seluruh dana yang kita setor langsung diinvestasikan pada fund sesuai pilihan nasabah

    kalau boleh tahu produk unit link mana yang dimaksud?

  34. Winanto berkata:

    @Priyadi :

    Produk unit link dari AIG Life, setelah dana yang kita setor dikonversikan dalam bentuk unit baru akan ada biaya yang timbul seperti biaya administrasi,biaya asuransi sesuai UP yang dipilih dan biaya pemeliharaan.

  35. ihedge berkata:

    Pada RD redemption dapat dilakukan sewaktu-waktu yang artinya dana kelolaan MI juga bisa berkurang secara drastis dan bisa berakibat pada penurunan NAB sedangkan pada UnitLink ada lock-period (5-7 tahun) sehingga dana kelolaan pada UnitLink bisa dikatakan tidak berkurang pada periode tersebut bahkan akan bertambah dengan adanya pembelian yang baru.Hal ini membuat MI pada UnitLink punya resistensi lebih baik.

    Komentar saya hanya untuk memperjelas pernyataan yang digarisbawahi karena mungkin sebagian pembaca akan bingung mengapa hal ini bisa terjadi. Redemption yang terjadi secara bersamaan dan besar (rush) mengakibatkan pengelola dana untuk menjual berbagai aset yang dikelolanya untuk mendapatkan cash untuk memenuhi permintaan redemption. Hal ini memaksa pengelola dana untuk menjual aset di harga yang kemungkinan besar tidak bagus. Oleh karena itu, nilai NAB bisa berkurang.

    meskipun demikian, rush sebenarnya tidak perlu terjadi kalau manajemen dengan transparan mengemukakan posisi dana yang dikelola. Rush biasanya terjadi karena ke-tidak-pasti-an dan ke-tidak-tahu-an. Rush, kalau tidak beralasan, justru merugikan hampir semua pihak.

  36. made allianz berkata:

    salam kenal untuk rekan-rekan, saya byk mbaca tulisan tmn2 yg sgt positip. untuk dptkn info trkini ttg dunia asuransi dan investasi, monggo mampir terus ke website kami. kami memiliki tulisan2 artikel yg orisinil, ini adalh pngalamn kami brsama team yg fulltime di lapangan.

    komentr : pilihn bank, asuransi atau asset managemnt tsb sgt di tentukn ole tujuan dan kondisi investasi saat itu. contoh tuk keluarga muda, klo cadangn darurat dah ada 3x biaya sebuln, coba ikut unitlink dgn minimum agr proteksi ya-invstsi juga dpt return bsr. klo nanti dananya bsr, coba msk asset mngemnt pilih yg high risk high return. klo ada gejolak fundamntal, asset mngmt biasanya cpt dgn birokrasinya yg lsg ke fund manager.

    klo medium, temn bisa juga pake asuransi asalkn dpt agn yg profesionl dan komit kawal dana klien. di asuransi ada fasilitas antisipasi resiko bila ada gejolak. namun byk agennya tdk fokus disitu. klo tdk dpt agen yg komit, pilih aja asurnsi murni dgn prhitungn low return dgn tujuan proteksi.

    demikian prkenaln & komentr kami, http://www.madeallianz.com

    terima kasih dan sukses selalu.

    made allianz

  37. tycoon wannabe berkata:

    saya sudah ketelanjuran buka unit link pendidikan 2 buah utk anak sy di Axa Mandiri. emang cost nya itu keterlaluan. management feenya di link ke harga NAB, jadi kalau return dibilang naik jangan senang dulu karena yang disunat juga makin banyak. Yang bikin kejeblos itu NAB yg di post di koran itu masih “kotor” krn belum dipotong segala fee.

    Sejak sy protes mereka udah gak detailin lagi laporan tahunannya. rencana mau saya stop kok rasanya rugi ya, krn tahun2 awal disunat banyak utk mereka. baru di investasikan full di tahun ke 3 (katanya). yang jelas saya merasa SANGAT RUGI dg produk ini. sales nya payah, tidak menerangkan hal-hal ini di depan.. I feel cheated.

  38. Dion Abouw berkata:

    Komentar saya : Pokoknya jangan mau dikadalin Agen Unit Link yang gak ngerti Prinsip Investasi. Terutama Agen-Agen Pudential.
    Wah duit kita bisa dimakan biaya macam-macam. Apalagi Biaya Akuisisi-nya di tahun pertama bisa sampai 100%.
    Sudah bayarPremi tapi dianggap terhutang dan akan dipotong lagi di tahun ke 3 (Mulai bulan ke 25).
    Wah…..ditipu abis……….

  39. teluana berkata:

    Salam kenal untuk pak Bahar yang semakin membuat saya kagum dengan tulisan2nya dan juga para pembaca sekalian.

    Meskipun dalam hal ini saya tidak tertarik bahkan cenderung menolak jika ada penawaran untuk invest di unit link, tetapi saya pikir selama keuntungan yang diperoleh melalui unit link melebihi bunga deposito hal tersebut masih wajar-wajar saja.

    Memang benar seperti yang diungkapkan pak Priyadi sebelumnya bahwa pemasaran unit link ke masyarakat sangatlah agresif.
    Hal itu pernah saya alami ketika datang ke sebuah bank untuk membeli reksadana.
    Sebagai investor yang awam mengenai dunia investasi saya belajar reksadana secara otodidak, dan setelah meyakinkan diri untuk membeli reksadana yang saya anggap baik saya datang ke sebuah bank yang menjual reksadana tersebut.
    Sampai ditempat saya malah ditawari untuk mengalihkan rencana saya sebelumnya untuk membeli unit link yang mereka jual. Saya anggap hal itu wajar, namanya saja orang jualan kan perlu usaha.
    Yang menjadi kewaspadaan saya waktu itu adalah, mereka pasti lebih suka jika orang membeli produk dari dapur sendiri ketimbang barang titipan orang. Selain itu pemasaran unit link yang gencar disana sini malah membuat saya alergi pada produk semacam itu. Maka saya tetap berpegang pada rencana saya sebelumnya untuk tetap membeli reksadana.

    Pembelajaran kepada masyarakat mengenai investasi di Indonesia memang masih sangat minim. Celakanya lagi masyarakat seringkali termakan oleh ketamakan mereka sendiri. Maka jika para pembaca blog ini ada yang tergugah hatinya untuk memajukan masyarakat mari kita gunakan kemampuan menulis kita untuk disebarkan ke koran-koran, bisa berupa artikel dsb. Sukur-sukur jika nantinya tulisan kita dimuat kita juga dapat balas jasa berupa uang. He he….

  40. Ping balik: The Complicated Problems of Insurance « The Magic of Symphony

  41. Ping balik: The Complicated Problems of Insurance « Kucing Air

  42. Ping balik: The Complicated Problems of Insurance « Symphony of Life

  43. Maffucci berkata:

    Hi, this is really nice post i like it so much
    thank very much

  44. Hilbun berkata:

    Today I found this blog and are amazed by the quality of information posted here.

  45. ririn berkata:

    saya mau tanya perbedaan asuransi dengan hedging itu apa yaa??

Tinggalkan Balasan ke anymatters Batalkan balasan