Berbagai Bursa Saham Asia Tenggara

Hari ini saya mengikuti conference TradeTech Asia 2007 di the Venetian, Macau tentang teknologi untuk equity trading bagi institutional investor. Beberapa speaker yang berbicara termasuk Mark Mobius – MD dari Franklin Templeton, CEO Phillipines Stock Exchanges, CEO Bursa Malaysia, President Thai Stock Exchange, COO Bombay Stock Exchange, dll. Sayangnya Dirut BEJ tidak hadir di situ (bahkan tidak ada delegasi dari BEJ). Di samping itu, banyak pembicara  lain baik dari Buy Side (beberapa fund managers) maupun Sell side (UBS, BNP Paribas).

Dalam event ini, Omar Merican (CEO Bursa Malaysia) dengan antusiasnya menjelaskan pencapaian teknologi trading di bursa Malaysia sampai dengan saat ini. Dia juga menjelaskan langkah-langkah konkrit apa yang sedang dan akan diambil untuk terus memperbaiki teknologi mereka dalam rangka menarik institutional investors.

Tak kalah, Francisco Lim (CEO Phillipines) juga menjelaskan kemajuan yang dicapai bursa saham di Manila. Bursa saham Manila merupakan salah satu bursa yang dimiliki oleh publik.

Ibu Patareeya (President Thai Stock Exchange), dengan lembut menjelaskan bahwa berbagai perbaikan telah dilakukan Bangkok. Selain itu, Bangkok juga akan mengundang tim ahli untuk perbaikan lebih lanjut. Selain itu, Bangkok juga berusaha untuk menarik perusahaan2 dari Indochina (Vietnam, Cambodia, Laos) untuk listing di Bangkok.

Bagaimana dengan Bursa Singapura? Tak usah ditanya, tahun lalu Singapura adalah host untuk konferensi ini. Bursa Singapura juga secara aktif berusaha (dan cukup sukses) menarik perusahaan-perusahaan dari luar Singapura (seperti dari China, India, Vietnam, Thailand, Indonesia, dll) untuk listing di situ.

Yang tidak terdengar dalam acara ini adalah progress dari Indonesia. Sepertinya BEJ kurang aktif dalam mempublikasikan kemajuan yang dicapainya di forum-forum seperti ini. Merger BEJ dan BES menurut saya adalah langkah positif. Demikian juga tentang perdagangan elektronik kita.

Dalam sebuah voting elektronik, peserta konferensi ditanya pertanyaan kira-kira seperti ini: Di pasar manakah Anda paling menginginkan implementasi Direct Market Access segera dilakukan?

  1. Indonesia
  2. Malaysia
  3. India
  4. Philipines

Dari respons yang ada: India paling atas, Indonesia paling bawah.

Pos ini dipublikasikan di TECHNOLOGY. Tandai permalink.

12 Balasan ke Berbagai Bursa Saham Asia Tenggara

  1. edratna berkata:

    Menurut Bahar, sampai pada posisi manakah bursa saham di Indonesia? Karena ada beberapa bidang, yang sebetulnya Malaysia justru dianggap kurang menarik, karena ketatnya peraturan (saya pernah diskusi dengan pejabat Bank Sentralnya Mla tahun 2001 dan tahun 2004 adalah cerita pengalaman konsultan yang pernah merasakan bagaimana situasi restrukturisasi perusahaan di Thailand, Malaysia, Philipina dan Indonesia). Menurut konsultan tsb, justru Indonesia lebih menarik, namun risiko juga tinggi….cuma hal seperti ini biasanya hanya didiskusikan pada forum terbatas omong atau diskusi terbatas.

  2. edratna berkata:

    Wahh sorry buru-buru…tolong edit ya…kalimat terakhir terulang.

  3. priandoyo berkata:

    Ga ada perwakilan dari BEJ ya Har? hehehe, kemarin (4Nov07 ) itu Pak Erry Firmansyah (dirut BEJ), ditambah dirut KPEI, KSEI, BES, dan Bapepam LK sibuk ngurusin hut pasar modal di Dufan, ngundang Gigi sama Kristina hahaha. Mungkin masih kecapean tuh.

    *Dinda dan Anjar juga ikutan nonton 😀

  4. lele berkata:

    @anjar
    Hebat nih si Anjar, tone-nya bener2 flat 🙂

    Kadang mau bangga sama negeri sendiri sering gak kesampaian. Hal2 yg Bahar sampaikanlah alasannya. Kapaaaan negara kita jadi potential emerging market….????

    @bu edratna
    Bukannya ketat lebih bagus bu? Sehingga investor bisa terlindungi dengan baik. Pengalaman Enron sama Worldcom mungkin bisa dijadikan acuan

  5. edratna berkata:

    Lele,
    Makanya Malaysia nyaris tak terkena dampak krisis, hutang LN nya benar2 dapat dimonitor. Sedang di Indonesia, saat itu yang dapat dimonitor adalah hutang LN dari BUMN karena harus melalui PKLN, sedang yang swasta bebas….

    Restrukturisasi juga melibatkan dan dimonitor ketat oleh pemerintah…Dari kacamata investor? Untuk yang baik, memang menjadi aman karena dilindungi oleh peraturan yang ketat. Tapi di satu sisi, tak bisa ambil untung banyak…ya semua ada trade off nya.

  6. ihedge berkata:

    @Bu Enny: Kalau dari segi prospek perusahaan-perusahaan Indonesia, saya malah lebih optimis daripada perusahaan-perusahaan di negara2 lain dalam kawasan Asia Pasifik.

    Banyak perusahaan di Indonesia yang profitable, sementara tidak banyak perusahaan asing di China misalnya yang profitable. Tapi banyak investor asing yang berbondong-bondong ingin masuk ke China hanya karena merasa perlu untuk punya usaha di China.

    Menurut seorang temen saya yang punya usaha di Jakarta: “Jakarta sebenarnya memiliki potensi bisnis yang sangat besar. Margin usaha juga besar. Mungkin karena ada psycological barriers sehingga pemain asing takut masuk (persepsi resiko yang besar karena terorisme, ketidakpastian hukum, dll)”

    Jadi, saya sependapat dengan teman Ibu bahwa Indonesia lebih menarik. Kita cuma perlu marketing yang lebih bagus.

    The Chinese sells Chinese stories well. The Indian sells Indian stories. We need compelling Indonesian stories.

    @Anjar: Mungkin mereka memang kecapekan. Hehehe..

    @Lele: ketatnya peraturan bisa lebih baik bisa lebih buruk. Tergantung dari baik buruknya aturan tersebut.

    Dari kacamata investor satu hal yang penting adalah exit strategy. Bila karena suatu peraturan, investor tidak bisa menarik dananya keluar dari suatu investasi, maka mereka juga akan mikir berkali2 sebelum memasukinya.

  7. papabonbon berkata:

    exit strategy, lha banyak perusahaan asia [jepang dan korea mostly] yg melaksanakan exit strategynya.

    contoh : sony, toshiba, nec, johnson&johnson, sanyo.

  8. catfish berkata:

    @iHedge/Bahar
    La iya lah, piye to? Peraturan pasti bisa baik dan buruk tergantung peraturannya 😀

    Maksud sy, seperti SEC di US gitu loh. Bapepam sudah sampai mana ya di Indonesia? Kalau bisa dibahas, boleh juga tu bro Bahar.

  9. catfish berkata:

    Tambahan, kalo iklim investasi terjamin, saya rasa investor bisa lebih memikirkan investasi daripada exit strategy.

    Bila akhirnya memikirkan exit strategy, mungkin strategy yang bagus. Artinya lebih kepada risk management secara normal course of business daripada risk management karena market crash disebabkan company mismanagement/kurang ketatnya peraturan pasar modal.

    *correct me if I’m wrong

  10. Surya berkata:

    Indonesia paling bawah, itu bagus.
    Supaya bisa melihat ke diri sendiri, nggak sombong dan terus belajar.
    Dulu Indonesia paling besar, sekarang besar doang 😐

  11. Khairil Anwar berkata:

    Bung Bahar, bisa di-sharing apa saja yang dimaksud para CEO masing-masing dengan: “pencapaian teknologi trading di bursa Malaysia “, “kemajuan yang dicapai bursa saham di Manila”, “perbaikan yang telah dan akan dilakukan lebih lanjut diBangkok”? Juga kalau ada cerita tentang yang ada dan dilakukan oleh Singapura dan India. Thanks.

  12. Surya berkata:

    Bener kata bung Khairil, itu bisa jadi topik yang menarik 🙂

Tinggalkan Balasan ke lele Batalkan balasan